cover Dualisme Masyarakat Dalam Menilai Software
 

Gratis-berbayar adalah salah satu hal yang tertanam sejak lama di dalam diri masyarakat dalam menilai sesuatu hal, salah satunya adalah menilai harga suatu benda, atapun produk. Hal ini berlaku pula ketika masyarakat menilai sebauh software, maka yang ada dalam benak masyarakat umunya tentang software hanya ada dua yaitu software gratis dan berbayar. Kita tidak bisa menyalahkan masyakat dalam hal ini karena hal ini disebabkan bukan hanya sebab murni keawaman masyarakat tapi ada juga pihak yang menguatkan dualisme ini dalam diri masyarakat.

Diantara pihak yang menguatkan dualisme di dalam masyarakat itu sendiri adalah para pemilik produk, mereka sering melabelkan free pada produk mereka yang gratis. Padahal free sendiri adalah kata yang berasal dari bahasa inggris yang apabila di terjemahkan ke dalam bahasa indonesia itu memiliki makna lebih dari satu yaitu bisa saja berarti ‘bebas’ atau ‘merdeka’. Sebaliknya jika ‘gratis’ di terjemahkan ke dalam bahasa inggris bisa berati ‘free of charge’ atau ‘at no cost’.

Dualisme proprietary software adalah free software atau free-proprietary
Dualitas gratis-berbayar di dunia software diperkuat oleh vendor yang sering menggunakan label edisi ‘free’ untuk produk mereka yang gratis dan edisi ‘pro’ untuk produk mereka yang berbayar. Dualitas ini melahirkan kerancuan di masyarakat ketika masyarakat mengenal istilah free software. Yang perlu digaris bawahi adalah dualisme gratis-berbayar tidak dapat digunakan untuk memahami free software karena free software bukanlah ‘perangkat lunak gratis’ melainkan ‘perangkat lunak bebas’.

Dualitas free software (id: perangkat lunak bebas) adalah dengan proprietary software (id: perangkat lunak berpemilik) atau free-proprietary, istilah ini umumnya tidak dipakai dan tidak disetuji oleh vendor software terkhusus proprietary software karena bisa mengancam bisnis software mereka. Maka dalam dualitas ini, free software adalah antonim dari proprietary software. Dengan dualitas ini free software dapat dipahami dengan tepat.

Perlu disebutkan di sini pula bahwa dalam dunia software ada pula istilah open source software (id: perangkat lunak sumber terbuka) yang dimana dualitas open source sebenarnya sama dengan dualitas free software, yaitu free-proprietary. Open source pada dasarnya juga menolak proprietary, mirip seperti free software. Akan tetapi open source mengganti istilahnya dengan open-closed atau open source-closed source untuk membedakan dirinya dengan free software.

Kasus dualisme
Kasus 1
Jika digunakan dualitas masyarakat gratis-berbayar, kontradiksi akan terjadi jika dibahas sistem operasi free software yang berbayar seperti Red Hat Enterprise Linux. Pertanyaan: “kalau memang free software itu gratis bagaimana dengan Red Hat Enterprise Linux yang berbayar? Apa bedanya dengan Microsoft?” Dualitas ini akan menjawab: “iya juga, saya juga bingung, berarti dia sama saja dengan Microsoft!”. Ini kontradiksi.

Jawaban kasus dualitas 1: dualitas yang digunakan semestinya free-proprietary. Maka jawaban­nya “ini boleh dan legal, karena lisensi Red Hat Enterprise Linux adalah free software, maka boleh dijual (didistribusikan dengan menetapkan harga)”. Red Hat Enterprise Linux berbayar (hanya diberikan jika pengguna membayar) pada update repositori binary, tetapi repositori source code tetap bebas diakses publik. Sampai di sini Red Hat® sebagai perusahaan dan Red Hat Enterprise Linux® sebagai produk sistem operasi sudah berbeda dengan Microsoft dan Windows. Jika saja Red Hat Enterprise Linux itu proprietary (seperti Windows), hal ini tidak bisa dilakukan.

Kesimpulan: dualitas yang tepat untuk memahami free software adalah free-proprietary.

Kasus 2
Di sini dibahas perubahan dari berbayar ke gratis. Jika digunakan dualitas masyarakat gratis-ber­bayar, pertanyaan: “bagaimana dengan sistem operasi CentOS? Bukankah CentOS turunan Red Hat Enterprise Linux? Bukankah CentOS gratis? Bukankah hal ini pelanggaran?” Dualitas ini akan menjawab: “itu tidak boleh! Seharusnya CentOS juga berbayar seperti induknya!”. Hal ini adalah kontradiksi.

Jawaban kasus dualitas 2: kontradiksi di atas muncul dari dualitas gratis-berbayar. Dualitas yang digunakan semestinya free-proprietary. Maka jawabannya “ini boleh karena Red Hat Enterprise Linux adalah free software”. Free software berbicara mengenai kebebasan, bukan harga. Maka dari itu, turunan dari free software berbayar, boleh menjadi free software gratis. Maka dari itu, sistem operasi CentOS dikembangkan dari source code Red Hat Enterprise Linux. Jika saja Red Hat Enterprise Linux itu proprietary, hal ini tidak bisa dilakukan, dan CentOS itu sendiri tidak mungkin ada.

Kesimpulan: dualitas yang tepat untuk memahami free software adalah free-proprietary.

Kasus 3
Di sini dibahas perubahan dari gratis ke berbayar. Jika digunakan dualitas masyarakat gratis-berba­yar, pertanyaannya “bagaimana dengan jual beli CD GNU/Linux? Misalnya jual beli CD Debian atau CD Ubuntu, bukankah seharusnya tidak boleh?”. Dualitas ini akan menjawab: “ini tidak boleh! Free software adalah gratis, tidak boleh dijual!”. Benarkah sudut pandang ini? Kenyataannya orang menjual CD-CD GNU/Linux. Hal ini adalah kontradiksi.

Jawaban kasus dualitas 3: kontradiksi di atas muncul karena dualitas gratis-berbayar. Dualitas yang digunakan semestinya free-proprietary. Maka jawabannya “ini boleh karena lisensi GNU/Linux adalah free software”. Free software mengizinkan distribusi apakah berbayar atau gratis. Maka Debian yang asalnya gratis, jika didistribusikan ulang, boleh tidak gratis. Singkatnya, dari gratis ke berbayar itu boleh dan legal. Proprietary secara umum tidak mengizinkan hal ini.

Kesimpulan: dualitas yang tepat untuk memahami free software adalah free-proprietary. Dualitas masyarakat gratis-berbayar tidak dapat digunakan untuk hal ini.

sumber : https://malsasa.wordpress.com/2016/04/03/memperkenalkan-free-software/