Mengapa komunitas free software menolak proprietary software? Karena proprietary software merugikan semua pengguna. Ketika printer atau perangkat WLAN atau VGA Anda tidak berfungsi di GNU/Linux, itu karena proprietary software, dan itulah sumber masalah Anda. Masalah Anda bukan GNU/Linux, masalah Anda ialah proprietary software. Masalah Anda bukanlah harga software dan bukan “legalitas” tetapi proprietary software. Istilah “proprietary software” sama dengan “nonfree software”. Tulisan ini menunjukkan kondisi lapangan sebenarnya agar Anda bisa menilai siapa yang bersalah dan apa solusinya.
Kunci
Untuk memahami masalah software, Anda harus tahu 2 wujud software, yang di masyarakat kita tidak pernah diajarkan sebab doktrin para pengedar nonfree software. Setiap software (perangkat lunak) memiliki 2 wujud yaitu:
- Wujud source code
- Wujud binary code
Wujud software memiliki sifat yang pasti dan universal demikian:
- (1) Source code adalah bentuk primer
- (2) Binary code adalah bentuk sekunder
- (3) Source code bisa diubah menjadi binary code tetapi tidak sebaliknya
- (4) Komputer hanya bisa menjalankan software dalam bentuk binary code (jika ia masih source code ia harus diubah dulu jadi binary code)
Apa Itu Source Code?
Source code adalah kode original suatu software. Setiap fungsi software seperti menayangkan gambar tertulis di dalam kode originalnya. Setiap software yang Anda beli memiliki kode original. Apabila software itu nonfree, maka pasti kode original ini tidak diberikan kepada Anda. Contohnya Windows, Microsoft Office, Adobe Photoshop, dan CorelDRAW. Kode original ini adalah bentuk primer suatu software alias source code.
Inilah Kenyataannya Sekarang kembalikan wujud dan sifat software di atas kepada kondisi kehidupan Anda sehari-hari:
- Contoh 1: Windows memiliki bentuk source code dan binary code, karena Windows adalah software, tetapi pengguna hanya diberi bentuk binary code (artinya: bisa diinstal) dan sengaja tidak diberi bentuk source code.
- Contoh 2: firmware dari perangkat keras semacam WLAN dan VGA yang dipegang pengguna pasti berbentuk binary code (artinya: bisa dijalankan) hanya untuk Windows dan mayoritas produk itu sengaja tidak memberi pengguna bentuk source code dari firmware masing-masing.
- Contoh 3: driver dari perangkat keras semacam WLAN dan VGA yang dipegang pengguna pasti berbentuk binary code (artinya: bisa dijalankan) hanya untuk Windows dan mayoritas produk itu sengaja tidak memberi pengguna bentuk source code dari driver masing-masing.
WASPADA: firmware berbeda dari driver, firmware bukan driver dan driver bukan firmware. Firmware adalah software yang berjalan di dalam chip perangkat; sedangkan driver adalah software yang berjalan di dalam OS. Untuk bisa berfungsi, sebuah perangkat printer atau WLAN atau VGA harus memiliki keduanya dalam bentuk binary code.
Apa Masalahnya?
Masalahnya ialah pengguna GNU/Linux mengalami tidak berfungsinya sejumlah merek/seri perangkat printer atau WLAN atau VGA di komputer mereka. Padahal semua perangkat tersebut dapat berfungsi penuh di Windows dengan firmware & driver berbentuk binary code yang hanya untuk Windows dari produsennya. Akhirnya senjang dua tempat: perangkat yang sama (printer/WLAN/VGA) berfungsi di Windows tapi tidak berfungsi di GNU/Linux. Kesenjangan ini adalah ketidakadilan. Inilah yang merugikan pengguna.
Bagaimana Kebenarannya?
Untuk mengungkap kejahatan nonfree software, Anda harus mempermisalkan langsung solusi primernya:
- (1) Masalah printer: seandainya produsen printer merilis firmware dan driver semua produknya secara lengkap dalam bentuk source code, maka semua pengguna GNU/Linux bisa menghasilkan firmware dan driver dalam bentuk binary code yang pasti berfungsi.
- (2) Masalah WLAN: seandainya produsen WLAN merilis firmware dan driver semua produknya secara lengkap dalam bentuk source code, pengguna GNU/Linux bisa menjalankan WLAN mereka sepenuh fungsinya.
- (3) Masalah VGA: seandainya produsen VGA merilis firmware dan driver semua produknya secara lengkap dalam bentuk source code, pengguna GNU/Linux bisa menjalankan VGA mereka sepenuh fungsinya.
Kok bisa begitu? Iya, karena di dalam bidang computer science, source code bisa diubah menjadi binary code oleh siapa saja, dengan teknik yang dinamakan compiling.
Inilah Kejahatannya
Karena source code dari firmware dan driver tidak diberikan maka pengguna GNU/Linux tidak bisa menjalankan perangkat printer/WLAN/VGA dengan benar sepenuh fungsinya. Lebih akuratnya, pengguna GNU/Linux tidak bisa menghasilkan firmware & driver berbentuk binary code sebab source code tidak ada. Software yang memblokir hak pengguna mengakses source code adalah nonfree software.
Bagaimana dengan OS Lain?
Bagaimana dengan FreeBSD, OpenBSD, NetBSD, Solaris, OpenIndiana, Plan9, AIX, MINIX, dan OpenVMS? Nasibnya sama persis dengan GNU karena produsen printer/WLAN/VGA sengaja hanya merilis binary code tanpa source code untuk Windows tidak untuk OS lain. Maka perangkat yang sama untuk OS lain tersebut tidak berfungsi. Maka nonfree software (yang sengaja memblokir hak akses source code pengguna) merugikan sekian banyak pengguna OS selain Windows.
PENTING: seandainya produsen merilisnya dalam bentuk source code, walaupun tanpa binary code untuk OS lain, setiap pengguna OS lain itu bisa menghasilkan binary code dari drivernya dengan cara compiling.
Bagaimana dengan Pengguna Windows?
Sekilas tampaknya menguntungkan produsen memberi pengguna Windows bentuk binary code dari firmware dan driver. Kebenarannya tidak demikian. Perhatikan bahwa source code tetap tidak diberikan untuk pengguna Windows. Mungkin pengguna Windows bisa memfungsikan perangkat sepenuhnya, tetapi mereka kehilangan hak mereka untuk mengubah/memodifikasi/memperbaiki/mempelajari cara kerja dari software tersebut. Bagaimana jika driver tidak berjalan semestinya? Siapa yang berhak membuat keputusan memperbaiki komputer sendiri, pengguna atau produsen? Nonfree software merugikan pengguna.
Di Mana Kerugiannya?
Ringkasannya, pengguna GNU/Linux dirugikan karena perangkat printer/WLAN/VGA di komputer mereka tidak berfungsi karena produsennya sengaja tidak merilis firmware dan driver mereka dalam bentuk source code sebagai free software. Pengguna yang sudah membeli suatu komputer, berhak menjalankan komputer itu sepenuh fungsinya, tidak peduli apa pun OS-nya. Namun nonfree software menghilangkan hak itu secara sengaja walaupun pengguna membeli produknya. Nonfree software merugikan pengguna.
Apa Solusinya?
Solusinya ada 3 macam:
- Solusi sempurna: produsen merilis source code dan binary code produknya (firmware & driver) untuk GNU/Linux. Keuntungan solusi ini adalah pengguna hemat waktu mereka karena tidak usah lagi compiling. Produsen tidak melakukan kejahatan di sini.
- Solusi baik: produsen merilis source code saja tanpa binary code (firmware & driver) untuk GNU/Linux. Pengguna yang compiling supaya binary dihasilkan. Ini praktik yang paling umum dilakukan produsen-produsen bagus seperti Atheros (WLAN). Produsen tidak melakukan kejahatan di sini.
- Solusi berat: produsen tidak merilis source code, tidak merilis binary code untuk GNU/Linux, hanya binary code untuk Windows. Pengguna GNU/Linux harus melakukan reverse engineering sendiri untuk menghasilkan firmware & driver. Ini sering dilakukan komunitas kendati pasti hasilnya tidak sefungsional software dari pabriknya langsung. Produsen melakukan kejahatan di sini.
Yang menjadi hak pengguna ialah solusi sempurna. Anda beli produk mereka, Anda berhak memperoleh source code dan binary code, karena pengguna Windows dapat binary code khusus untuk Windows. Produsen yang memilih solusi berat telah menzalimi penggunanya.
Sumber : https://restava.wordpress.com/2017/03/10/nonfree-software-merugikan/
Mohon tidak menulis komentar dengan menggunakan atau menyematkan emoticon. Atas perhatian anda kami ucapkan terima kasih.